Ki Sulisno
Setiap hari raya Idul Fitri tiba, mobilitas para perantau menuju tempat kelahirannya terjadi luar biasa besarnya. Para perantau kembali ke
tempat asalnya di desa-desa terpencil. Dalam arus searah. Arus mudik dari luar Pulau Jawa menuju Pulau Jawa begitu padatnya, sementara arus sebaliknya begitu lengang.
Pulau Jawa memang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Kepadatan jumlah penduduk dan sumber daya alam yang terbatas mendorong orang-orang yang kalah dalam persaingan untuk hijrah dan melawan semboyan mangan ora mangan kumpul (makan atau tidak makan yang penting berkumpul). Sebagian merantau ke kota-kota besar di Jawa, sebagian ke pulau-pulau lain di Indonesia, dan sebagian lagi keluar negeri menjadi TKI. Pada saat lebaran inilah Pulau Jawa kembali penuh sesak dan jalan-jalan di desa-desa dipenuhi mobil berplat kota-kota besar yang dihadirkan sebagai bagian dari simbol kesuksesan.
Ini hampir sama dengan yang dilakukan oleh masyarakat dari negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak: China. Orang-orang China merantau ke seluruh dunia dengan semboyan yang selalu diwariskan ke anak cucu, yakni: lebih baik menjadi kepala ayam daripada ekor gajah. Mereka merintis usaha milik sendiri, bukan sebagai pekerja di perusahaan milik orang lain. Dengan keuletan yang dimiliki akhirnya memang mengantarkan menjadi orang-orang sukses.
Pulau Jawa memang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Kepadatan jumlah penduduk dan sumber daya alam yang terbatas mendorong orang-orang yang kalah dalam persaingan untuk hijrah dan melawan semboyan mangan ora mangan kumpul (makan atau tidak makan yang penting berkumpul). Sebagian merantau ke kota-kota besar di Jawa, sebagian ke pulau-pulau lain di Indonesia, dan sebagian lagi keluar negeri menjadi TKI. Pada saat lebaran inilah Pulau Jawa kembali penuh sesak dan jalan-jalan di desa-desa dipenuhi mobil berplat kota-kota besar yang dihadirkan sebagai bagian dari simbol kesuksesan.
Ini hampir sama dengan yang dilakukan oleh masyarakat dari negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak: China. Orang-orang China merantau ke seluruh dunia dengan semboyan yang selalu diwariskan ke anak cucu, yakni: lebih baik menjadi kepala ayam daripada ekor gajah. Mereka merintis usaha milik sendiri, bukan sebagai pekerja di perusahaan milik orang lain. Dengan keuletan yang dimiliki akhirnya memang mengantarkan menjadi orang-orang sukses.
Hijrah diperlukan tidak hanya dalam bidang ekonomi. Sejarah
orang besar dalam bidang apa pun banyak diwarnai oleh ’pelarian’ dari satu tempat
ke tempat lainnya. Para nabi terpaksa harus meninggalkan tanah kelahirannya
sendiri karena ditolak atau bahkan hendak dibunuh orang-orang yang justru
dikenal. Nabi Ibrahim ditolak masyarakat Khaldan. Nabi Isa atau Yesus diusir
dari Nasaret. Nabi Muhammad meninggalkan kampung halamannya di Mekah hijrah ke
Madinah. Dan masih banyak serentetan kisah nabi, rasul dan para wali yang jalan
ceritanya nyaris sama: membawa ajaran baru, pemikiran yang tidak biasa, lalu ditolak
sebagian masyarakat karena dianggap dapat menggoncangkan kemapanan, lalu
menyemai benih tersebut di tempat lain hingga tumbuh subur
.
Bukan hanya ’orang suci yang mendapat amanah menyebarkan ajaran Tuhan saja yang diusir dari kampungnya, lalu mendapat ladang subur di tempat lain. Seniman, guru, pedagang, bengkel, dukun pada awalnya diakui hingga terkenal di daerah lain, bukan di kampung halamannya sendiri.
Bukan hanya ’orang suci yang mendapat amanah menyebarkan ajaran Tuhan saja yang diusir dari kampungnya, lalu mendapat ladang subur di tempat lain. Seniman, guru, pedagang, bengkel, dukun pada awalnya diakui hingga terkenal di daerah lain, bukan di kampung halamannya sendiri.
Cobalah datang ke dukun terkenal lalu amati dari mana
saja orang yang datang dan bagaimana tanggapan masyarakat setempat terhadap
dukun itu? Hampir dapat dipastikan orang yang datang ke dukun itu umumnya
adalah orang dari luar desa, bahkan bisa dari tempat yang jauh.
Kenapa banyak orang yang lebih mudah percaya dan
terpesona pada orang yang baru dikenal ketimbang orang yang pernah hidup
bersama puluhan tahun?
Masyarakat tempat sang dukun terkenal dilahirkan tidak
mudah percaya pada sang dukun karena mereka merasa tahu betul kehidupan sang
dukun sejak masih muda. Mereka tahu betul kehidupan sang dukun yang tidak serba
baik. Masyarakat tidak sekadar mendengar dan meyakini apa yang dikatakan,
tetapi juga melihat apa yang dialami dan dilakukan sang dukun.
Abu Lahab tidak mau mengakui Muhammad bukan hanya karena
Muhammad membawa perspektif baru yang membongkar nilai-nilai yang dianut
masyarakat Mekah bertahun-tahun, tetapi juga karena Muhammad adalah
keponakannya yang baru lahir ’kemarin sore’. Ia barangkali memandang Muhammad
sebagai anak muda yang makan asam garam kehidupannya belum sebanyak dirinya.
Harga diri menutup hati dan pikirannya.
Sudah sejak ratusan tahun silam masyarakat kita mudah
terhipnotis pesona orang-orang asing. Orang-orang berkulit bule dari Eropa atau
bermata sipit dari daratan China mendapat tempat terhormat. Status social
mereka lebih tinggi dari penduduk pribumi. Ajaran yang dibawa ‘orang asing’ ini
akhirnya juga diterima sebagai sesuatu yang baru dan dianggap lebih baik. Agama
Islam diterima karena disebarkan oleh para wali yang pada umumnya memiliki
darah Arab. Agama Nasrani menarik ‘para elit’ di Jawa karena dibawa orang-orang
Belanda yang status sosial-ekonominya lebih tinggi. Di tempat-tempat wisata,
turis asing jelas mendapat perlakuan istimewa.
Keterpesonaan pada wajah asing itulah yang kemudian
dimanfaatkan betul oleh Industri kapitalis dewasa ini. Wajah-wajah Barat, Indo,
China, Korea ditaburkan dalam tayangan sinetron dan iklan yang kemudian menjadi
kiblat anak-anak muda. Para bintang televisi didesain sedemikian rupa oleh
pihak manajemen supaya tetap ada jarak dengan dunia sehari-hari.
Nah, supaya ’orang setempat’ juga bisa mendapat tempat
terhormat di tengah masyarakatnya sendiri, maka ada beberapa pendekatan yang
biasa dipakai. Pertama, ’orang setempat’ itu harus hijrah dulu ke tempat lain untuk
membangun dirinya, setelah sukses di perantauan dia kembali ke tempat asalnya. Lihatlah,
para perantau yang sukses di perantauan disanjung-sanjung masyarakat di tanah
kelahirannya setiap lebaran tiba. Para ’putera daerah’ yang telah sukses di
tempat lain ini juga cenderung memiliki kans lebih kuat dalam kontestasi
semacam pilihan kepala daerah atau legislatif di daerah asalnya. Dalam bidang
agama, seorang tokoh yang amat penting peranannya dalam perkembangan Islam di
Masyarakat Banjar adalah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812 M). Kenapa
pengaruhnya begitu besar hingga sekarang? Tentu karena ia anak angkat seorang
raja dan belajar agama Islam langsung ke ”pusatnya”, yang tentu saja begitu
mahal untuk ukuran saat itu. Dalam usia 30 tahun, Arsyad dikirim oleh Sultan
Tamjidillah (1734-1759 M) ke Mekkah untuk menuntut ilmu agama Islam. Kurang
lebih 30 tahun ia belajar di Mekkah dengan para ulama terkemuka di zaman itu.
Kemudian dia pindah ke Madinah, dan di sana ia belajar selama kurang lebih 5
tahun. Dalam usianya yang cukup tua (sekitar 65 tahun), ia kemudian pulang ke
tanah Banjar. Dengan bekal itulah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari menjadi
ulama yang sangat berpengaruh di Kalimantan Selatan hingga saat ini.Seperti
halnya para pemikir pada umumnya, pengaruh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di
tanah Banjar justru semakin kuat justru setelah meninggal dunia.
Cara kedua, supaya ’orang setempat’ juga bisa mendapat
tempat terhormat di tengah masyarakatnya sendiri, yaitu dengan cara
menghadirkan sesuatu yang berasal dari tempat lain atau bahkan dari ’alam gaib’
untuk meyakinkan masyarakat setempat. Para Nabi diterima karena membawa wahyu
yang diyakini langsung berasal dari Tuhan. Seorang anak kecil di Jombang, Jawa
Timur, yang bernama Ponari, yang prestasi di sekolahnya tidak baik dan bahkan
putus Sekolah Dasar, sempat didatangi puluhan ribu orang yang ingin mendapat
khasiat dari batu yang dibawanya yang diyakini memiliki daya supranatural. Saya
masih teringat, saat undian berhadiah SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah)
sedang berjaya pada tahun 1980-an, banyak orang pergi ke dukun untuk
mendapatkan tebakan nomor hadiah yang akan dikeluarkan oleh penyelenggara SDSB
(pemerintah).
***
Hijrah berarti melakukan perjalanan memasuki dunia yang
lebih luas. Orang-orang Bugis telah lama dikenal sebagai pelayar ulung. Dengan
kapal Phinisi yang tangguh mereka mengarungi samudra menuju tempat-tempat yang
jauh. Sebagian dari mereka kemudian menetap di daerah-daerah yang dianggap
lebih baik, diantaranya di daerah-daerah pesisir Pulau Kalimantan.
Penjelajah dari Eropa menempuh perjalanan lebih jauh
lagi. Orang-orang Eropa berlomba-lomba menjelajah tempat-tempat terjauh di
seluruh belahan dunia. Inggris adalah juaranya. Amerigo Vespucci, dkk menempuh
perjalanan dari Inggris sampai di benua baru yang kemudian diberi nama Amerika,
Di tempat-tempat penjelajahan ini mereka membangun negara. Hongkong dan
Singapura adalah dua daerah di Asia yang maju setelah kedatangan orang-orang
Inggris. Bahkan para narapidana dari Inggris yang dibuang di Benua Australia pun
memiliki andil dalam pembangunan di Negara Australia.
Kota-kota dibangun oleh orang dari berbagai pelosok
yang datang dengan membawa impian melambung. Para perantau cenderung memiliki etos kerja yang tinggi
karena jika tidak bekerja bahkan tidak akan bisa makan. Etos inilah yang
kemudian mengakibatkan para pendatang
cenderung lebih makmur dibanding orang setempat. Para perantau menjadi
kebanggaan sekaligus dicemburui. Lumbung-lumbung pangan di kota-kota di Sumatera
dan Kalimantan umumnya berasal dari daerah-daerah transmigrasi yang berasal
dari Jawa. Hijrah menjadi jalan pembuka menuju
keberhasilan.
Hijrah berarti bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya. Hijrah dapat dilakukan bukan hanya sebatas wilayah geografis, tetapi
juga wilayah sosial, budaya, dan bahkan wilayah agama/keyakinan.
Hijrah dalam wilayah pikiran tampaknya masih dalam
masalah besar. Di jaman modern yang sudah sedemikian terbuka ini justru banyak
manusia yang mengurung diri dalam kotak-kotak kesukuan, agama. Sebuah paradoks, semakin modern tetapi juga semakin
konservatif. Kita cenderung
asyik dan sudah merasa nyaman hidup di lingkungan kita sendiri, bersama
golongan sendiri, suku bangsa sendiri, orang sekeyakinan.
Di
tempat-tempat perantauan orang membuat paguyuban untuk mengumpulkan orang-orang
yang sama asal-usulnya. Sentimen kesukuan
semakin menguat. Dinas pariwisata daerah sibuk merekonstruksi
karya-karya budaya masa lalu di daerahnya, lalu menyingkirkan unsur dari daerah
lain yang berkembang di daerah itu. Kebudayaan di letakkan dalam kotak-kotak masyarakat etnis yang seolah
terpisah dan berbeda dengan masyarakat daerah lain secara tegas. Dalam wilayah
agama muncul gerakan-gerakan pemurnian oleh kelompok-kelompok fundamentalisme, Adakah di dunia ini yang betul-betul asli, murni, tidak
terpengaruh?
Dunia sedemikian luas dan kaya. Hanya orang yang
melakukan ’hijrah’ yang mengenal keanekaragaman sebagai sebuah keindahan
sekaligus sumber pengetahuan untuk bisa bersikap bijaksana !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar